“Nada
Dari Ujung Piano”
Setetes
air mata tak mampu menggambarkan sebuah perasaan, seggengam keyakinan tak akan
mampu untuk kuatkan hati ini. Aku melihat sebuah piano diujung sudut kamar yang
sudah berdebu, sudah berkarat, sudah lama tak aku mainkan. sebuah nada dari
ujung piano itu mengingatkanku bahwa ada sesosok dirimu yang menemaniku saat
jari jari ini mulai memainkan balok balok not piano, kini kesendirian yang
menemaniku untuk bermain piano hati ini semakin seirama dengan nada dari ujung
piano yang begitu melengking terdengar di hati ini seakan sulit untuk menahan
air mata kepiluan ini.
Aku
melihat ada sosok dirimu disudut ujung nada piano ini, sehempas udara meniup
wajahku menyadarkanku dari khayalan mata ini bahwa ternyata itu hanya sebuah
kenangan, sosok dirimu semakin jelas tapi aku tau itu hanya bayangan yang
begitu jelas ada didalam otak ini.
Oh tuhan…
Apa dirinya telah hilang?
Sehembus nafas yang selalu terdengar ditelingaku kini berubah hanya menjadi
sekumpulan debu yang membekas diujung sudut piano, aku buka kap pianoku ada
sebuah mawar merah dan selembar kertas yang berisi tulisan Hampa.
“Sayang…
Jika suatu saat
nanti sosok diriku telah hilang, yang biasanya aku ada disetiap kamu memainkan
piano, aku cuma mau kamu tahu sosok diriku itu sebenarnya tidak hilang hanya
saja serpihan debu yang akan mengisi sosok diriku diujung sudut nada piano kamu,
Aku tidak tahu seberapa pantas aku buat kamu, aku tidak tahu seberapa besar
kekuatan hati kamu, dan aku tidak akan pernah tahu sampai kapan kamu mencintai
aku dengan setulus hati kamu, aku hanya selalu berfikir ketika aku hanya bisa
membuatmu terluka disetiap nada yang kamu mainkan aku putuskan untuk pergi,
irama nada itu masih terdengar jelas di telinga ini kamu memainkan piano itu
dengan senandung senyuman kamu mampu membuat sudut gelap hati ini menjadi
terang. Tulisan ini tidak akan tertulis jika tidak di temani oleh tinta
berwarna hitam, begitupun juga kamu sosok kamu yang selalu berwarna dan aku
yang menyatuhinya hingga menjadi pelangi yang akan selalu ada ketika hujan
berhenti, tapi yakinlah sayang bahwa cinta ini akan terus ada disetiap debu
yang berhembus, embun yang menetes, dan nadi yang selalu berdenyut. Kasih dan
cinta ini tulus hanya untukmu sayang. Maafkan aku sayang setetes tinta ini memang
tak mampu untuk membuat kita selalu bersama selamanya. tapi setetes tinta ini
mampu untuk membuat kasih dan cinta kita abadi selamanya”
Setelah aku membaca surat ini
aku tersadar. terimakasih sayang atas segala kehadiran dirimu yang selalu ada
di setiap nada piano yang aku mainkan, kini selembar surat darimu dan setangkai
bunga mawar darimu masih tertata rapih bahkan aku letakan ditempat terakhir
kamu letakan senyum terakhirmu diujung sudut nada pianoku. Terimakasih sayang
untuk segala kasih dan sayang yang kamu berikan ke aku selama ini :")
No comments:
Post a Comment