NEW POSTING // 100.000 VIWERS // PULANGLAH!"

Friday, March 31, 2017

Sebuah sajak yang menyamar sebagai rindu.

Dengan tulisan ini bukan maksudku untuk membalas dendam tentang sebuah cinta yang pernah engkau banggakan lalu pergi lebih dahulu sebelum cinta itu menjadi indah.
kita bercerita tentang banyak hal yang pernah sama sama kita yakini.
salah satunya bahwa kita bisa menciptakan sebuah dongeng yang akan nyata didunia ini.
Semua rencana yang kita jalani berdua, Kini harus kuhadapi sendiri tanpa celah memberikan alasan untuk berputus asa. Ketahuilah jauh ketikaku cita-citakan kebahagiaan untuk memilikimu selamanya, semua hilang begitu saja, kau juluki aku sebagai tuan rumah yang kalah dalam bertanding dihati mu, bisakah kau uraikan lebih baik? bagaimana bisa kamu terima atas kekalahanku dengan begitu acuh, kamu tinggalkan aku tanpa peduli pilu hati ini. dirimu yang pernah menganggap aku sebagai pemenang, kini dirimu buta atas kecurangan yang kamu buat untuk menyatakan sebuah alasan palsu kekalahanku.

Untuk tidak kesempurnaan diriku ini, maka dengan berat hati akhirnya kubiarkan kau pergi.

Aku tidak menyalahkan cinta, hanya saja… aku menyesali atas perkenalan kita yang akhirnya mempersatukan dua hati saat itu. apa ada alasan selain ini, prihal aku tidak terima dengan kepergianmu saat itu?
sekali lagi aku terbunuh oleh sajak yang seperti ini. Begitu hidup sajak ini seperti ditiupkan ruh disetiap kalimat oleh-Nya. Bagaimana bisa aku untuk menolak rindu tidak mengingatmu. Bermaksud untuk meneguk secangkir teh hangat disetiap pagiku, Sepi mengundang kembali untuk bertamu diingatanku.  

Semua usaha itu tidak ada yang bisa untuk benar benar bisa melupakanmu, bersih pijakan dari daun gugur yang tersapu oleh angin.

Kalau hanya ingin dirimu yang dimengerti, barangkali memang selayaknya kau tak mendapat tempat dihati ini. Sekian kalinya kuyakini diri. Mencoba menerka apa yang sebenernya terjadi saat kamu baca tulisan ini.

Ketahuliah waktu akan mengutukmu.
Tanpa aku…
kamu hanyalah kumpulan rasa sepi yang enggan mati, tetapi tak mampu bunuh diri.
Sementara itu aku menteorikan hati ini untuk bahagia dengan orang lain. Aku tak ingin kamu mengira masih ada hal yang tidak aku rasa. Aku tidak ingin kau mengira aku masih menyimpan sayang. Tidak ada sama sekali sejak kamu memilih pergi bersamanya dan menyakiti hati ini.

Saat ini juga hatiku bersumpah untuk mati rasa terhadap kehadiranmu lagi. Aku ingin lupa dan menganggap kamu tak pernah ada.

Namun, hari-hari yang berlalu terlanjur kekal dengan kenangan-kenangan tentangmu. Saat aku menggoreskan sebuah luka dihatimu air mata itu keluar, saat matamu itu tak mampu membendung air mata saat itu juga jariku bergerak secara otomatis menghapus air mata hangat yang keluar dari kedua matamu.

Aku seperti orang yang punya penyakit kekal, yang akan kambuh disaat waktu yang tidak tepat, di saat waktu yang tidak aku inginkan, dan disaat itu juga aku tersadar jari ini sangat begitu perih untuk menulis bait demi bait ini. Sama rasanya perihal saat aku menghapus air matamu waktu itu.

Lalu apa artinya keberasamaan saat itu? jika saja akhirnya hanya aku yang merasa memiliki. Aku akan putuskan untuk menjauh dan mendekati hati yang kosong. Hanya saja. Hati ini terlalu asing untuk menerima yang baru. Di setiap langkah pergimu waktu itu kukirimkan doa agar dibenamkan rindu. kelak, saat semua terasa sudah biasa. Semoga rindu tidak membuatmu menjadi gila. Cukup renungkan saja apa yang menjadi alasanmu pergi jauh hingga gelap tak mengizinkan mata ini untuk melihat sebuah cahaya kecil menitik. Biarlah sedih ini berakhir pada waktunya.

Sekali lagi ini bukan sajak yang dengan sengajanya kubuat, melainkan disaat waktu yang kosong disaat itulah aku menjelma sebagai sajak yang bermaksud untuk mengusir rindu ini, mengusir rasa sepi ini. Hidup terus berjalan beriringan dengan waktu yang sering kali menghadirkan ingatan. Banyak yang sudah dilupakan tapi pada akhirnya? Inilah yang terjadi. Sajak yang terus memaksaku untuk membalas sebuah perasaan yang waktu itu pernah kau lukai. Yang pernah kau bakar setiap harinya hingga menjadikan sebuah kisah nyata yang mati. Bahagialah saat nya. Takdir tidak seharusnya engkau tolak. Apalagi saat kamu membaca sajak ini, akankah saat ini juga kamu menyesalinya? Tak perlu. Hanya satu. Hidupku ini terlalu pendek untuk dihabisakan dengan kesedihan yang berkepanjangan. Mungkin kamu tidak mengerti bagaimana menulis sajak ini ditemani oleh bulir-bulir air mata hangat, menghidupkan lagi luka lama mengenang lagi tentang genggaman kita, aku mati rasa, seperti tak bernyawa, menyadari bahwa kita tak lagi menjadi kita, Cuman ada aku dan kau, kau dengan segala kenagan hitam, dan aku, dan aku! yang membenci diriku karena mencintaimu seperti ini.

Aku terus berjalan menunduk tanpa berharap ada sebuah sentuhan dibahu belakangku yang akan menahan. Tapi sudahlah. biarkan aku memulai kisahku lagi, dimana sosok seorang perempuan penyuka sebuah karya pernyair bait dan penulis yang sangat sederhana.

Diri ini yang selalu menolak dan mengasingkan sebuah orang yang hadir setelah kepergianmu, kali ini pengasingan tersebut tiba tiba menghilang, bersamanya menghilangkan sebuah rindu yang tak pernah kau balas.

Bacalah ini, biarkan aku malu karena rasa begitu besar tertanam jauh didalam, yang memaksa untuk keluar tapi tak mampu untuk melakukannya. Kita pernah sama sama mengakui kalau kita punya kesukaan yang sama. sebuah hal yang sangat menarik untukku saat itu. yang kusesali saat ini perkenalan waktu itu terlalu singkat hingga akhirnya kita berpisah begitu sangat singkat. Yang ku ingat dari cerita singkat kita. Yaitu, kita sama sama penyuka senja dan pelangi setelah awan kelam pudar.

Singkat sajak yang tak perlu kuperjelas, kau mampu membaca pikiranku. Sebagaimana aku seorang yang pendiam tapi penuh rindu yang pasti bisa kau baca. Hanya saja sekali lagi. Pemalu ini tidak pernah kalah dari apapun itu.

Nasihat lama itu benar sekali, aku tidak akan pernah menangis karena sesuatu yang telah berakhir. Tapi, aku akan tersenyum karena sesuatu itu pernah terjadi.

Masalalu..
rasa sakit..
masa depan.. 
mimpi-mimpi..

akan berlalu, seperti sungai yang mengalir maka biarlah hidupku mengalir seprti sungai Saat semua pengingkaran dan perdebatan itu berlalu. Sebuah pertemuan yang menyenangkan berada disebuah gedung pencakar langit. Dengan suasana yang hangat dan tegang, sebuah perkanalan yang lucu, ber-alasan meminjam pena berwarna mencolok. Tak begitu jelas aku mengenalnya. tanpa terpikir bahwa dialah yang saat ini menjadi alasanku untuk menceritakannya didalam sajak ini. Dengan kacamata yang memantulkan sebuah sudut meja yang berada di kitchen saat itu. atasan yang gagah dan tegap menambah Susana didalam hati ter-rasa tegang.

sekali lagi aku tak pernah sadar dengan siapa aku untuk memulai perkenalan untuk kesekian kalinya. Jauh dari itu. sakit itu masih terasa, bisa saja kambuh saat yang tak di inginkan. Hal yang membuat kita kembali menyadari, kita tidak boleh lama lama merawat sakit. Agar apapun yang kita jaga tetap terawat dan berbahagia.

Dia seorang perempuan yang berkacamata dan membawa pena yang berwarna gold saat ini mendapatkan tempat didalam sajak ini.

bising saat kita berada ditengah ramainya ibu kota. Dengan lampu yang menyinari jalan, begitupun dengan bintang yang menjadi saksi saat roda dua itu mengatarkanmu sampai rumah. Entah apa yang membuat diri ini semakin dekat dengannya. Yang terasa hanya rasa sakit, mencintainya hanya untuk mendengarnya dia menjabarkan cerita kesedihan dengan orang lain.

Apa aku sosok orang yang begitu bodoh. Mencintainya hanya untuk mengartikan sebuah air mata yang menangis kalau itu bukan untukku, melainkan untuk seseorang jauh disana yang ia pernah banggakan.

Kenyatannya kelak saat itu kebanggannya pudar dengan jelas. Bersandar di sebuah dinding pembatas taman kota. Kita saling banyak mengajari. Bagaimana susahnya menjadi aku dan menjadi kamu. Bukan sebuah hal yang mudah untuk dijalani sendiri, tapi kita selalu bisa saat kita melakukannya dengan bersama. Aku mengajarkanmu susah, dan kamu mengajarkanku bahagia. Masih teringat jelas bagiamana bahagia yang kau ajarkan begitu tulus.

Dinner plate yang ber-isikan makanan kau makan dengan lahap. Tanpa kau sadari saat itu aku menatap jauh lebih dalam kedalam hatimu. Aku seperti pria yang berharap ada sebuah tempat yang kosong dihatimu saat itu. tapi aku tahu. Itu bukan hal yang pantas untuk kudapatkan. Melainkan kelicikan jika aku berhasil mendapatkannya. Waktu yang sangat tidak tepat untuk berada dihatinya saat dia lagi merasakan sakit hatinya karena orang lain.

Maaf kalau aku begitu manja denganmu. Tindakan tindakan yang tak pernah kau sadari bahwa itu pengakuan dari diriku. Yang kau nilai hanya sebagai “lelucon” pengisi hatimu yang sedih itu. sudahlah. ini akan menjadi sebuah kesalahan di antara kita suatu saat nanti, dan kelak nanti tiba kita mengakui, kalau aku pernah mencintai dirimu tapi tanpa kau sadari. Dan disaat yang tepat juga, akhirnya semua kau sadari, disaat diri ini telah dihuni oleh hati yang lain. Dirimu hadir membawa luka lama yang sudah kumasukan kedalam peti jauh terkubur didalam.

Tak disangka apapun hal yang terlalu sakit. Pudar dengan begitu saja. Saat kita berusaha untuk menyadarkan atas pemalu yang begitu besar. Akhirnya kalah oleh rasa kejujuran kita yang begitu besar. Melihat hamparan kita berada ditengah sendatan roda-roda kendaraan pada waktu itu, tak ter-kira. Aku ingin mengingat-ingat lagi perihal yang membuat kita saling bahagia. Aku ingin melihat rawut wajahmu saat kamu memakan makanan. Tepat ditengah keramaian kita berada disatu meja banyak berbagai macam makanan, aku yang enggan dan malu untuk memakannya.

Jika waktu memberikan kesempatan untuk kita bertemu. Izinkan aku berbagi cerita tentang banyak hal berkaitan dengan masa lalu kita. Setelah bertemu dan berbincang cukup panjang. Kita akan kembali saling meninggalkan tanpa ada lagi pelukan. Aku cukup puas jika waktu mengizinkan kita untuk bertemu.

sekalipun jarum jam detik berputar setengah lingkaran. Itu lebih dari cukup untuk bisa melihat dirimu. Biarlah semua akan menjadi luka dan begitupun darahnya akan mengering dengan sendirinya. seiring waktu kita tak akan pernah berjumpa lagi. Kau akan lapuk dan mati dipelukan sepi. Sementara aku akan tetap berjalan dengan sajak dan berbagai tulisan yang menceritakan sebuah tentang dirimu.

Namun jika hidupmu masih panjang dan akupun masih berjuang, nanti kita akan dipertemukan lagi oleh secangkir kopi, atau dengan secangkir teh dan sepiring roti. Aku sebenarnya malas untuk mengikut serta dirimu didalam sajak ini. Aku pikir kamu juga sudah paham. Bahwa mengejar sesuatu yang seharusnya tak kau kejar, adalah perbuatan yang kurang baik. perihal bel sekolah yang telat engkau masuki ruangan. Mencintai disaat diri ini sudah memiliki kekasih, untuk apa semua tindakanmu itu? jika saja cinta bukan hal yang serius. Aku bisa mempermainkannya. Tapi, ayolah, masih banyak orang lain yang bisa kau buat jatuh cinta.

Kenapa harus mengejar milik seseorang? Hati yang sudah berpunya.

Maaf tutur kataku seperti belati yang sengaja kutusukan padamu. Hanya saja kita tidak bisa menjadikan takdir sebagai permainan yang sederhana. Itu lah yang terpikir saat aku harus seperti apa menghadapimu. Yang ku rasa saat ini. Jatuh hati ini seperti tidak tepat. Sedetik setelah terciptanya cinta ini dengan yang lain, sedetik kemudian kamu datang terlambat membawa cinta lama kita.

Dia sang pemilik waktu. Padanya aku hidup, padanya pula aku mati. Tidak ada yang tahu bagaimana untuk mengulang waktu. Tanyakan pada-Nya.

Bukankah seharusnya kamu paham, kalau memang kamu bisa mendapatkan yang lebih baik. silakan cari yang lain. Seseorang yang tidak punya kekasih. Atau, kamu memang tak punya kemampuan untuk meninggalkan aku sebagai cinta yang pertama didalam hidupmu? Bergaulah dengan hati lain. Tenangkan dirimu. Tak usah kesal dan emosi dulu membaca sajak ini. Aku hanya ingin kamu menyadari. Mencintai seseorang tak seharusnya membuat kamu menjadi pencuri. Jujur. Saat waktu itu dan semua pengkuanku saat itu, tak kamu anggap kebodohan terbesarmu saat itu mengabaikan diri ini dan sangat terlalu sibuk untuk merencanakan sebuah kebahagiaanmu saja. Cukup.

Semoga keadaan yang kau ketahui saat ini. Bisa membuat  kamu lebih bahagia, saat saling jatuh cinta dengan yang lain, tanpa membuat hati yang lain terluka. Diri ini terus berusaha untuk menjadi tidak peduli. Rasa sedih yang dulu bertahan berbulan-bulan itu ternyata perlahan pergi, selamat berbahagia disana. Aku hanya ingin menjalani langkah-langkah baru dengan yang menghargaiku. Hal-hal yang tertunda karena patah hatiku yang pilu.

Entah apa tujuanmu datang kehidupanku. Andai dulu niatku tersadar olehmu. Seharusnya kamu tidak membiarkan diriku terlalu patah. Kau sempat buru-buru pergi saat hatiku biasa saja waktu itu. saat semua mulai mendalam dan diriku tenggelam, kamu kembali menghantamkan banyaknya pahit. Katamu, kamu ingin bahagia bersama dia tanpa ada halangan apapun. Kamu membuat seolah semuanya akulah yang menyebabkan rindu terasa dingin.

Kamu pandai sekali memposisikan dirimu menjadi korban! Padahal kita sama-sama tahu. Kamulah orang yang melakukan pengkhianatan!

Kini mulailah hidup barumu. Aku pun akan melanjutkan langkah dan menemukan jalan hidup yang saat ini sedangku jalani. Cukup sudah semua keresahan jiwa. Apa-apa yang pernah kamu buat sengsara akan kutelan pahitnya. Aku akan mengenangmu sebagai seseorang yang begitu manis mengawali rindu sepiku, lalu menusukkan belati saat rindu itu memelukku, tepat dijantungku. Beruntung hanya mampu membuatku sekarat berbulan-bulan. Terimakasih sudah menjadikan aku sebuah alasan yang patut kubanggakan,

percayalah. Pada akhirnya cinta pertamamu ini akan tergantikan dan orang lain akan memasuki hatimu dengan diam diam, disela kesibukan waktumu. Percayalah.

Pergilah bersama yang lain.

Biarkan terbitnya matahari menjadi penyambut harimu bahagia bersamanya

Biarkan senjanya matahari menjadi penutup bahagia hidupmu bersamanya. Dan,

biarkanlah malam menjadi saksi atas mimpi indahmu telah nyata adanya. Semesta tidak akan menolak bahagiamu bersamanya, begitupun dengan aku.

Jika rindu aku, pandanglah awan kelam setelah hujan. Aku akan menjelma sebagai pelangi yang mempertegas keindahan lukisan alam, namun jika pelangi kembali tertelan awan kelam belum sempat kamu menikmantinya dan tak tahu pergi entah kemana. Jangan khawatir dia akan datang kembali menghias cakrawala sebagai episode berikutnya, aku tetap akan selalu ada seperti pelangi dalam sebuah sajak yang menyamar sebagai rindu.

Noval
30/03/2017
Kamis-16;49

Tertanda

Sajak

No comments:

Post a Comment