NEW POSTING // 100.000 VIWERS // PULANGLAH!"

Wednesday, May 15, 2019

100.000 Viwers Blog | Pulanglah!


Awal yang baik bukan jaminan kalo hal yang lu lakuin saat ini bakalan sama berakhir baik. Walaupun lu paham proses yang lu lakuin dari pertama hingga akhir, menyimpulkan dari awal kalau kehidupan yang lu jalanin ada sosok seseorang yang sangat paham sama setiap proses lu ngejalaninnya. Dan lu pun kehilangan sosok orang yang sangat berarti dalam hidup lu, langkah demi langkah dimana adanya suka duka dia selalu ngerangkul lu dan diapun paham untuk ngejaga lu tanpa space sedikitpun hal yang bakal siap ngejatohin hidup lu mereka selalu sigap menepis hal keburukan itu datang. Jauh dari kata burukpun dia gak bakal terpengaruh atau mempengaruhin hal buruk itu ke diri kalian. Mengisi kekosongan saat kita bosan dengan hal hal yang sederhana, mereka mampu melakukan itu untuk membuat kalian canda dan tawa jadi berwarna, mengusir kejenuhan dalam kegelisahan

sampai akhirnya kita gak sadar bahwa usia hubungan itu menginjak angka yang bertambah. hubungan yang kalian jalanin, rasa rasa yang ada di hubungan mulai menghilang satu persatu dari rasa perhatian, rasa kecemasan, dan rasa sayang, rasa itu memudar dimakan oleh waktu. Gua gak pernah bener bener paham akan memecahkan masalah ini. Yang terlintas dipikiran kalian pasti
“ini siklus sebuah hubungan ya udah adanya begitu, akhirnya begini” yaaa yaudah.

Kalian udah coba untuk ngeyakinin diri sendiri, yang kalian harus tau,bahwa lamanya sebuah hubungan yang udah dijalanin itu bukan sebagai alat ukur sejauh mana kita bisa berharga, tapi sejauh mana kita bisa saling percaya hingga akhirnya gak ada yang kita saling sembunyikan didalam sebuah hubungan.

bohong karna kebaikan itu menyakitkan? Lantas kenapa harus saling menutupi kalau sudah sejauh ini dan selama ini kalian bisa ngejalanin hubungan dengan cara yang salah, buta akan hal pait demi mempalsukan keindahaan yang diinginkan, hingga pada akhirnya ada titik dimana lamanya usia sebuah hubungan berakhir gitu saja, karna apa? Karna gak adanya rasa saling jujur. terus dimana letak sebuah ketulusan atas dasar saling mencintai apa adanya?

Luka yang terlanjur ada menjadi sakit yang susah untuk disembuhkan, memang betul adanya, luka bikin kita sadar, sudut pikir kita pun jadi sadar. Memilih pilihan, bertahan lama tapi saling menutupi atau menghindari luka yang sudah kita sadari sedari awal untuk menjaga jarak dengannya.

Sudahlah, hal seperti itu bukan siapa yang membodohi atau dibodohi. Yang harus kalian paham jangan kasih celah sebuah harapan dia yang memaksa kita untuk mempercayainya lagi, bencilah pada kesalahannya dan menjauhlah pada permohonan kesempatan. Jika bukan dengannya barangkali dia memang lebih tepat untuk orang lain,

Relakanlah...

Agar perginya kalian juga menemukan seseorang yang lebih tepat untuk kalian, sebab ketidakrelaan kita melepasnya hanya akan menghambat menemukan orang baru yang bisa membuat hidup kita lebih berwarna. Berhentilah berlarut sedih untuk orang yang sama.

Gua berpikir jernih akan hal seperti ini, tapi gua yakin sidikitpun rasa itu ada pasti akan gua ngendaliin rasa itu, jangan sampe rasa itu yang ngedaliin diri gua. Biar kedepannya kepergian gua pun menjadi keputusan yang tepat, untuk apa? Untuk gua kedepannya, bertemu diwaktu yang tidak diduga dan saling menatap mata bahwa kita sudah saling bahagia dengan pasangan kita masing masing, tersenyum tanpa sapaan suara. Lalu berlalu dan berharap tidak pernah terjadi apa apa.

Tidak lagi ada kata “apa kabar” yang ingin gua ucapkan kedia. Karna kabar yang saat gua rasain sekarangpun bahagia bersama orang saat ini, lantas untuk apa kita sudah berpisah lalu saling menanya kabar? Bukankah merelakan itu harus konsisten. Dan batasi setiap tindakan dengan porsi yang cukup. Kalian gak perlu bersedih, yakin sama gua disaat kalian sama diposisi sama kaya gua gini, dia gak butuh kesedihan kita, dia hanya butuh hidup tanpa adanya kita disisinya, pergilah. Cari kebahagian kita yang baru.


Jika dulu pergimu adalah kebahagiaan yang kamu impikan, Aku bersumpah, saat kamu membaca tulisan ini. Suatu saat kamu meminta untuk kembali lagi, dengan alasan kamu terluka sebab pilihan itu? Maaf sudah tidak ada celah untuk dirimu, sekarang yang harus kamu renungi, kepergianmu hari itu membuat rusak bahagiaku? Kini, saat aku sudah mulai membaik kembali, kenapa membasahi luka luka itu lagi? Pulanglah! Pada seseorang yang pernah kau sebut sumber bahagiamu itu.



No comments:

Post a Comment