Awal yang baik bukan jaminan
kalo hal yang lu lakuin saat ini bakalan sama berakhir baik. Walaupun lu paham
proses yang lu lakuin dari pertama hingga akhir, menyimpulkan dari awal kalau
kehidupan yang lu jalanin ada sosok seseorang yang sangat paham sama setiap
proses lu ngejalaninnya. Dan lu pun kehilangan sosok orang yang sangat berarti
dalam hidup lu, langkah demi langkah dimana adanya suka duka dia selalu
ngerangkul lu dan diapun paham untuk ngejaga lu tanpa space sedikitpun hal yang
bakal siap ngejatohin hidup lu mereka selalu sigap menepis hal keburukan itu
datang. Jauh dari kata burukpun dia gak bakal terpengaruh atau mempengaruhin
hal buruk itu ke diri kalian. Mengisi kekosongan saat kita bosan dengan hal hal
yang sederhana, mereka mampu melakukan itu untuk membuat kalian canda dan tawa
jadi berwarna, mengusir kejenuhan dalam kegelisahan
sampai akhirnya kita gak sadar
bahwa usia hubungan itu menginjak angka yang bertambah. hubungan yang kalian
jalanin, rasa rasa yang ada di hubungan mulai menghilang satu persatu dari rasa
perhatian, rasa kecemasan, dan rasa sayang, rasa itu memudar dimakan oleh waktu.
Gua gak pernah bener bener paham akan memecahkan masalah ini. Yang terlintas
dipikiran kalian pasti
“ini siklus sebuah hubungan ya
udah adanya begitu, akhirnya begini” yaaa yaudah.
Kalian udah coba untuk
ngeyakinin diri sendiri, yang kalian harus tau,bahwa lamanya sebuah hubungan
yang udah dijalanin itu bukan sebagai alat ukur sejauh mana kita bisa berharga,
tapi sejauh mana kita bisa saling percaya hingga akhirnya gak ada yang kita
saling sembunyikan didalam sebuah hubungan.
bohong karna kebaikan itu
menyakitkan? Lantas kenapa harus saling menutupi kalau sudah sejauh ini dan
selama ini kalian bisa ngejalanin hubungan dengan cara yang salah, buta akan
hal pait demi mempalsukan keindahaan yang diinginkan, hingga pada akhirnya ada
titik dimana lamanya usia sebuah hubungan berakhir gitu saja, karna apa? Karna
gak adanya rasa saling jujur. terus dimana letak sebuah ketulusan atas dasar
saling mencintai apa adanya?
Luka yang terlanjur ada
menjadi sakit yang susah untuk disembuhkan, memang betul adanya, luka bikin
kita sadar, sudut pikir kita pun jadi sadar. Memilih pilihan, bertahan lama
tapi saling menutupi atau menghindari luka yang sudah kita sadari sedari awal
untuk menjaga jarak dengannya.
Sudahlah, hal seperti itu
bukan siapa yang membodohi atau dibodohi. Yang harus kalian paham jangan kasih
celah sebuah harapan dia yang memaksa kita untuk mempercayainya lagi, bencilah
pada kesalahannya dan menjauhlah pada permohonan kesempatan. Jika bukan
dengannya barangkali dia memang lebih tepat untuk orang lain,
Relakanlah...
Agar perginya kalian juga
menemukan seseorang yang lebih tepat untuk kalian, sebab ketidakrelaan kita
melepasnya hanya akan menghambat menemukan orang baru yang bisa membuat hidup kita lebih berwarna. Berhentilah berlarut sedih untuk orang yang sama.
Gua berpikir jernih akan hal
seperti ini, tapi gua yakin sidikitpun rasa itu ada pasti akan gua ngendaliin
rasa itu, jangan sampe rasa itu yang ngedaliin diri gua. Biar kedepannya
kepergian gua pun menjadi keputusan yang tepat, untuk apa? Untuk gua
kedepannya, bertemu diwaktu yang tidak diduga dan saling menatap mata bahwa
kita sudah saling bahagia dengan pasangan kita masing masing, tersenyum tanpa
sapaan suara. Lalu berlalu dan berharap tidak pernah terjadi apa apa.
Tidak lagi ada kata “apa
kabar” yang ingin gua ucapkan kedia. Karna kabar yang saat gua rasain
sekarangpun bahagia bersama orang saat ini, lantas untuk apa kita sudah berpisah
lalu saling menanya kabar? Bukankah merelakan itu harus konsisten. Dan batasi
setiap tindakan dengan porsi yang cukup. Kalian gak perlu bersedih, yakin sama
gua disaat kalian sama diposisi sama kaya gua gini, dia gak butuh kesedihan
kita, dia hanya butuh hidup tanpa adanya kita disisinya, pergilah. Cari
kebahagian kita yang baru.
Jika dulu pergimu adalah
kebahagiaan yang kamu impikan, Aku bersumpah, saat kamu membaca tulisan ini.
Suatu saat kamu meminta untuk kembali lagi, dengan alasan kamu terluka sebab
pilihan itu? Maaf sudah tidak ada celah untuk dirimu, sekarang yang harus kamu
renungi, kepergianmu hari itu membuat rusak bahagiaku? Kini, saat aku sudah
mulai membaik kembali, kenapa membasahi luka luka itu lagi? Pulanglah! Pada
seseorang yang pernah kau sebut sumber bahagiamu itu.
No comments:
Post a Comment