Dengan tulisan ini bukan maksudku untuk membalas dendam tentang sebuah cinta yang
pernah engkau banggakan lalu pergi lebih dahulu sebelum cinta itu menjadi
indah.
kita bercerita tentang banyak hal yang pernah sama sama kita
yakini.
salah satunya bahwa kita bisa menciptakan sebuah dongeng yang
akan nyata didunia ini.
Semua rencana yang kita jalani berdua, Kini harus kuhadapi
sendiri tanpa celah memberikan alasan untuk berputus asa. Ketahuilah jauh
ketikaku cita-citakan kebahagiaan untuk memilikimu selamanya, semua hilang
begitu saja, kau juluki aku sebagai tuan rumah yang kalah dalam bertanding dihati
mu, bisakah kau uraikan lebih baik? bagaimana bisa kamu terima atas kekalahanku
dengan begitu acuh, kamu tinggalkan aku tanpa peduli pilu hati ini. dirimu yang
pernah menganggap aku sebagai pemenang, kini dirimu buta atas kecurangan yang
kamu buat untuk menyatakan sebuah alasan palsu kekalahanku.
Untuk tidak kesempurnaan diriku ini, maka dengan berat hati
akhirnya kubiarkan kau pergi.
Aku tidak menyalahkan cinta, hanya saja… aku menyesali atas
perkenalan kita yang akhirnya mempersatukan dua hati saat itu. apa ada alasan
selain ini, prihal aku tidak terima dengan kepergianmu saat itu?
sekali lagi aku terbunuh oleh sajak yang seperti ini. Begitu
hidup sajak ini seperti ditiupkan ruh disetiap kalimat oleh-Nya. Bagaimana bisa
aku untuk menolak rindu tidak mengingatmu. Bermaksud untuk meneguk secangkir
teh hangat disetiap pagiku, Sepi mengundang kembali untuk bertamu diingatanku.
Semua usaha itu tidak ada yang bisa untuk benar benar bisa
melupakanmu, bersih pijakan dari daun gugur yang tersapu oleh angin.
Kalau hanya ingin dirimu yang dimengerti, barangkali memang
selayaknya kau tak mendapat tempat dihati ini. Sekian kalinya kuyakini diri.
Mencoba menerka apa yang sebenernya terjadi saat kamu baca tulisan ini.
Ketahuliah waktu akan mengutukmu.
Tanpa aku…
kamu hanyalah kumpulan rasa sepi yang enggan mati, tetapi tak
mampu bunuh diri.
Sementara itu aku menteorikan hati ini untuk bahagia dengan
orang lain. Aku tak ingin kamu mengira masih ada hal yang tidak aku rasa. Aku
tidak ingin kau mengira aku masih menyimpan sayang. Tidak ada sama sekali sejak
kamu memilih pergi bersamanya dan menyakiti hati ini.
Saat ini juga hatiku bersumpah untuk mati rasa terhadap
kehadiranmu lagi. Aku ingin lupa dan menganggap kamu tak pernah ada.
Namun, hari-hari yang berlalu terlanjur kekal dengan kenangan-kenangan
tentangmu. Saat aku menggoreskan sebuah luka dihatimu air mata itu keluar, saat
matamu itu tak mampu membendung air mata saat itu juga jariku bergerak secara otomatis
menghapus air mata hangat yang keluar dari kedua matamu.
Aku seperti orang yang punya penyakit kekal, yang akan kambuh
disaat waktu yang tidak tepat, di saat waktu yang tidak aku inginkan, dan
disaat itu juga aku tersadar jari ini sangat begitu perih untuk menulis bait
demi bait ini. Sama rasanya perihal saat aku menghapus air matamu waktu itu.
Lalu apa artinya keberasamaan saat itu? jika saja akhirnya hanya
aku yang merasa memiliki. Aku akan putuskan untuk menjauh dan mendekati hati
yang kosong. Hanya saja. Hati ini terlalu asing untuk menerima yang baru. Di
setiap langkah pergimu waktu itu kukirimkan doa agar dibenamkan rindu. kelak,
saat semua terasa sudah biasa. Semoga rindu tidak membuatmu menjadi gila. Cukup
renungkan saja apa yang menjadi alasanmu pergi jauh hingga gelap tak mengizinkan
mata ini untuk melihat sebuah cahaya kecil menitik. Biarlah sedih ini berakhir
pada waktunya.
Sekali lagi ini bukan sajak yang dengan sengajanya kubuat,
melainkan disaat waktu yang kosong disaat itulah aku menjelma sebagai sajak
yang bermaksud untuk mengusir rindu ini, mengusir rasa sepi ini. Hidup terus
berjalan beriringan dengan waktu yang sering kali menghadirkan ingatan. Banyak
yang sudah dilupakan tapi pada akhirnya? Inilah yang terjadi. Sajak yang terus
memaksaku untuk membalas sebuah perasaan yang waktu itu pernah kau lukai. Yang
pernah kau bakar setiap harinya hingga menjadikan sebuah kisah nyata yang mati.
Bahagialah saat nya. Takdir tidak seharusnya engkau tolak. Apalagi saat kamu
membaca sajak ini, akankah saat ini juga kamu menyesalinya? Tak perlu. Hanya
satu. Hidupku ini terlalu pendek untuk dihabisakan dengan kesedihan yang
berkepanjangan. Mungkin kamu tidak mengerti bagaimana menulis sajak ini ditemani
oleh bulir-bulir air mata hangat, menghidupkan lagi luka lama mengenang lagi
tentang genggaman kita, aku mati rasa, seperti tak bernyawa, menyadari bahwa
kita tak lagi menjadi kita, Cuman ada aku dan kau, kau dengan segala kenagan
hitam, dan aku, dan aku! yang membenci diriku karena mencintaimu seperti ini.
Aku terus berjalan menunduk tanpa berharap ada sebuah sentuhan
dibahu belakangku yang akan menahan. Tapi sudahlah. biarkan aku memulai kisahku
lagi, dimana sosok seorang perempuan penyuka sebuah karya pernyair bait dan
penulis yang sangat sederhana.
Diri ini yang selalu menolak dan mengasingkan sebuah orang yang
hadir setelah kepergianmu, kali ini pengasingan tersebut tiba tiba menghilang,
bersamanya menghilangkan sebuah rindu yang tak pernah kau balas.
Bacalah ini, biarkan aku malu karena rasa begitu besar tertanam
jauh didalam, yang memaksa untuk keluar tapi tak mampu untuk melakukannya. Kita
pernah sama sama mengakui kalau kita punya kesukaan yang sama. sebuah hal yang
sangat menarik untukku saat itu. yang kusesali saat ini perkenalan waktu itu
terlalu singkat hingga akhirnya kita berpisah begitu sangat singkat. Yang ku
ingat dari cerita singkat kita. Yaitu, kita sama sama penyuka senja dan pelangi
setelah awan kelam pudar.
Singkat sajak yang tak perlu kuperjelas, kau mampu membaca
pikiranku. Sebagaimana aku seorang yang pendiam tapi penuh rindu yang pasti
bisa kau baca. Hanya saja sekali lagi. Pemalu ini tidak pernah kalah dari
apapun itu.
Nasihat lama itu benar sekali, aku tidak akan pernah menangis
karena sesuatu yang telah berakhir. Tapi, aku akan tersenyum karena sesuatu itu
pernah terjadi.
Masalalu..
rasa sakit..
masa depan..
mimpi-mimpi..
akan berlalu, seperti sungai yang mengalir maka biarlah hidupku
mengalir seprti sungai Saat semua pengingkaran dan perdebatan itu berlalu.
Sebuah pertemuan yang menyenangkan berada disebuah gedung pencakar langit.
Dengan suasana yang hangat dan tegang, sebuah perkanalan yang lucu, ber-alasan meminjam pena berwarna mencolok. Tak begitu jelas aku mengenalnya. tanpa
terpikir bahwa dialah yang saat ini menjadi alasanku untuk menceritakannya
didalam sajak ini. Dengan kacamata yang memantulkan sebuah sudut meja yang
berada di kitchen saat itu. atasan yang gagah dan tegap menambah Susana didalam
hati ter-rasa tegang.
sekali lagi aku tak pernah sadar dengan siapa aku untuk memulai
perkenalan untuk kesekian kalinya. Jauh dari itu. sakit itu masih terasa, bisa
saja kambuh saat yang tak di inginkan. Hal yang membuat kita kembali menyadari,
kita tidak boleh lama lama merawat sakit. Agar apapun yang kita jaga tetap
terawat dan berbahagia.
Dia seorang perempuan yang berkacamata dan membawa pena yang
berwarna gold saat ini mendapatkan tempat didalam sajak ini.
bising saat kita berada ditengah ramainya ibu kota. Dengan lampu
yang menyinari jalan, begitupun dengan bintang yang menjadi saksi saat roda dua
itu mengatarkanmu sampai rumah. Entah apa yang membuat diri ini semakin dekat
dengannya. Yang terasa hanya rasa sakit, mencintainya hanya untuk mendengarnya
dia menjabarkan cerita kesedihan dengan orang lain.
Apa aku sosok orang yang begitu bodoh. Mencintainya hanya untuk
mengartikan sebuah air mata yang menangis kalau itu bukan untukku, melainkan
untuk seseorang jauh disana yang ia pernah banggakan.
Kenyatannya kelak saat itu kebanggannya pudar dengan jelas.
Bersandar di sebuah dinding pembatas taman kota. Kita saling banyak mengajari.
Bagaimana susahnya menjadi aku dan menjadi kamu. Bukan sebuah hal yang mudah
untuk dijalani sendiri, tapi kita selalu bisa saat kita melakukannya dengan
bersama. Aku mengajarkanmu susah, dan kamu mengajarkanku bahagia. Masih
teringat jelas bagiamana bahagia yang kau ajarkan begitu tulus.
Dinner plate yang ber-isikan makanan kau makan dengan lahap.
Tanpa kau sadari saat itu aku menatap jauh lebih dalam kedalam hatimu. Aku
seperti pria yang berharap ada sebuah tempat yang kosong dihatimu saat itu.
tapi aku tahu. Itu bukan hal yang pantas untuk kudapatkan. Melainkan kelicikan
jika aku berhasil mendapatkannya. Waktu yang sangat tidak tepat untuk berada
dihatinya saat dia lagi merasakan sakit hatinya karena orang lain.
Maaf kalau aku begitu manja denganmu. Tindakan tindakan yang tak
pernah kau sadari bahwa itu pengakuan dari diriku. Yang kau nilai hanya sebagai
“lelucon” pengisi hatimu yang sedih itu. sudahlah. ini akan menjadi sebuah
kesalahan di antara kita suatu saat nanti, dan kelak nanti tiba kita mengakui,
kalau aku pernah mencintai dirimu tapi tanpa kau sadari. Dan disaat yang tepat
juga, akhirnya semua kau sadari, disaat diri ini telah dihuni oleh hati yang
lain. Dirimu hadir membawa luka lama yang sudah kumasukan kedalam peti jauh
terkubur didalam.
Tak disangka apapun hal yang terlalu sakit. Pudar dengan begitu
saja. Saat kita berusaha untuk menyadarkan atas pemalu yang begitu besar.
Akhirnya kalah oleh rasa kejujuran kita yang begitu besar. Melihat hamparan
kita berada ditengah sendatan roda-roda kendaraan pada waktu itu, tak ter-kira.
Aku ingin mengingat-ingat lagi perihal yang membuat kita saling bahagia. Aku
ingin melihat rawut wajahmu saat kamu memakan makanan. Tepat ditengah keramaian
kita berada disatu meja banyak berbagai macam makanan, aku yang enggan dan malu
untuk memakannya.
Jika waktu memberikan kesempatan untuk kita bertemu. Izinkan aku
berbagi cerita tentang banyak hal berkaitan dengan masa lalu kita. Setelah
bertemu dan berbincang cukup panjang. Kita akan kembali saling meninggalkan
tanpa ada lagi pelukan. Aku cukup puas jika waktu mengizinkan kita untuk
bertemu.
sekalipun jarum jam detik berputar setengah lingkaran. Itu lebih
dari cukup untuk bisa melihat dirimu. Biarlah semua akan menjadi luka dan
begitupun darahnya akan mengering dengan sendirinya. seiring waktu kita tak
akan pernah berjumpa lagi. Kau akan lapuk dan mati dipelukan sepi. Sementara
aku akan tetap berjalan dengan sajak dan berbagai tulisan yang menceritakan
sebuah tentang dirimu.
Namun jika hidupmu masih panjang dan akupun masih berjuang,
nanti kita akan dipertemukan lagi oleh secangkir kopi, atau dengan secangkir
teh dan sepiring roti. Aku sebenarnya malas untuk mengikut serta dirimu didalam
sajak ini. Aku pikir kamu juga sudah paham. Bahwa mengejar sesuatu yang
seharusnya tak kau kejar, adalah perbuatan yang kurang baik. perihal bel
sekolah yang telat engkau masuki ruangan. Mencintai disaat diri ini sudah
memiliki kekasih, untuk apa semua tindakanmu itu? jika saja cinta bukan hal
yang serius. Aku bisa mempermainkannya. Tapi, ayolah, masih banyak orang lain yang
bisa kau buat jatuh cinta.
Kenapa harus mengejar milik seseorang? Hati yang sudah berpunya.
Maaf tutur kataku seperti belati yang sengaja kutusukan padamu.
Hanya saja kita tidak bisa menjadikan takdir sebagai permainan yang sederhana.
Itu lah yang terpikir saat aku harus seperti apa menghadapimu. Yang ku rasa
saat ini. Jatuh hati ini seperti tidak tepat. Sedetik setelah terciptanya cinta
ini dengan yang lain, sedetik kemudian kamu datang terlambat membawa cinta lama
kita.
Dia sang pemilik waktu. Padanya aku hidup, padanya pula aku
mati. Tidak ada yang tahu bagaimana untuk mengulang waktu. Tanyakan pada-Nya.
Bukankah seharusnya kamu paham, kalau memang kamu bisa
mendapatkan yang lebih baik. silakan cari yang lain. Seseorang yang tidak punya
kekasih. Atau, kamu memang tak punya kemampuan untuk meninggalkan aku sebagai cinta
yang pertama didalam hidupmu? Bergaulah dengan hati lain. Tenangkan dirimu. Tak
usah kesal dan emosi dulu membaca sajak ini. Aku hanya ingin kamu menyadari.
Mencintai seseorang tak seharusnya membuat kamu menjadi pencuri. Jujur. Saat
waktu itu dan semua pengkuanku saat itu, tak kamu anggap kebodohan terbesarmu
saat itu mengabaikan diri ini dan sangat terlalu sibuk untuk merencanakan
sebuah kebahagiaanmu saja. Cukup.
Semoga keadaan yang kau ketahui saat ini. Bisa membuat kamu lebih bahagia, saat saling jatuh cinta
dengan yang lain, tanpa membuat hati yang lain terluka. Diri ini terus berusaha
untuk menjadi tidak peduli. Rasa sedih yang dulu bertahan berbulan-bulan itu
ternyata perlahan pergi, selamat berbahagia disana. Aku hanya ingin menjalani
langkah-langkah baru dengan yang menghargaiku. Hal-hal yang tertunda karena
patah hatiku yang pilu.
Entah apa tujuanmu datang kehidupanku. Andai dulu niatku
tersadar olehmu. Seharusnya kamu tidak membiarkan diriku terlalu patah. Kau
sempat buru-buru pergi saat hatiku biasa saja waktu itu. saat semua mulai
mendalam dan diriku tenggelam, kamu kembali menghantamkan banyaknya pahit.
Katamu, kamu ingin bahagia bersama dia tanpa ada halangan apapun. Kamu membuat
seolah semuanya akulah yang menyebabkan rindu terasa dingin.
Kamu pandai sekali memposisikan dirimu menjadi korban! Padahal
kita sama-sama tahu. Kamulah orang yang melakukan pengkhianatan!
Kini mulailah hidup barumu. Aku pun akan melanjutkan langkah dan
menemukan jalan hidup yang saat ini sedangku jalani. Cukup sudah semua
keresahan jiwa. Apa-apa yang pernah kamu buat sengsara akan kutelan pahitnya.
Aku akan mengenangmu sebagai seseorang yang begitu manis mengawali rindu
sepiku, lalu menusukkan belati saat rindu itu memelukku, tepat dijantungku.
Beruntung hanya mampu membuatku sekarat berbulan-bulan. Terimakasih sudah
menjadikan aku sebuah alasan yang patut kubanggakan,
percayalah. Pada akhirnya cinta pertamamu ini akan tergantikan
dan orang lain akan memasuki hatimu dengan diam diam, disela kesibukan waktumu.
Percayalah.
Pergilah bersama yang lain.
Biarkan terbitnya matahari menjadi penyambut harimu bahagia
bersamanya
Biarkan senjanya matahari menjadi penutup bahagia hidupmu
bersamanya. Dan,
biarkanlah malam menjadi saksi atas mimpi indahmu telah nyata
adanya. Semesta tidak akan menolak bahagiamu bersamanya, begitupun dengan aku.
Jika rindu aku, pandanglah awan kelam setelah hujan. Aku akan
menjelma sebagai pelangi yang mempertegas keindahan lukisan alam, namun jika
pelangi kembali tertelan awan kelam belum sempat kamu menikmantinya dan tak
tahu pergi entah kemana. Jangan khawatir dia akan datang kembali menghias
cakrawala sebagai episode berikutnya, aku tetap akan selalu ada seperti pelangi
dalam sebuah sajak yang menyamar sebagai rindu.
Noval
30/03/2017
Kamis-16;49
Tertanda
Sajak